A.
Pengertian
Qalbu (Hati)
‘Qalbu’ adalah
salah satu potensi yang dibawa oleh ruh. Potensi itu mengalir ke dalam hakekat
hati manusia yang bersifat gaib, halus dan berbahanya. Sebagaimana yang dapat
dirasakan, apabila seseorang mengalami sakit jantung, maka dada terasa nyeri
dan berdebar-debar. Apabila seseorang mengalami sakit hati secara fisik, dapat
diartikan levernya yang sakit. Akan tetapi seseorang sakait hati secara
psikologis, dadanyapun terasa perih, tersayat-sayat, dan muncul
kegelisahan namun apabila sakit hatinya
secara spiritual, berarti di dalamnya terdapat penyakit ruhani, seperti: syirik,
nifaq, kufur, fasik, riyak, ujub, dengki, dan sebagainya.
Dr. Ali Abdul
Halim Mahmud, Mengartikan Qalbu sebagai kelembutan Rabbaniyah Ruhaniyah yang bertempat di Qalbu ini. Qalbu dengan
makna ini adalah hakikat manusia. Dialah bagian yang menyerap, menangkap, dan
memiliki pemahaman dalam diri manusia. Dialah yang beri tugas hukum, yang akan
diperhitungkan, yang akan diberikan ganjaran, dan yang akan mendapat kecaman.
Menurut
pemahaman Sa’ad Hawwa, bahwa Qalbu itu adalah rasa ruhaniyah yang halus yang
berkaitan dengan hati jasmani (bendawi), dan perasaan halus itu adalah hakikat
diri mausia. Dialah yang mengetahui, mengerti dan paham. Dialah yang mendapat
perintah, yang dicela, diberi sanksi, dan yang mendapat tuntutan. Ia memiliki
hubungan dengan hati jasmani (bendawi). Akal manusia bingung untuk mengetahui
letak hubungan dan pertaliannya, padahal pertaliannya (hubungan antara hati
ruhaniyah dengan hati jasmani) sama dengan hubugan antar watak dengan jasad,
antara sifat dan yang disifati, antara pemakai alat dengan alat itu sendiri.
Antara sesuatu yang menempati tempat dengan tempat itu sendiri.
Jadi,
pengertian Qalbu disini adalah dalam makna ruhaniah dan ia tidak dapat dilihat
dengan mata kepala, kecuali dengan penglihatn batiniah ( mukasyafah). Ia merupakan tempat menerima perasaan kasih sayang, pengajaran,
pengetahuan, berita, ketakutan, keimanan, keislamanan, keikhsanan, ketauhidan dan
ketakwaan.
1. TINGKATAN-TINGKATAN
QALBU
Adapun
tingkatan-tingkatan keadaan qalbu dalam diri setiap manusia berbeda-beda,
sebagaimana dengan keadaan jiwa manusia, yani dibagi kepda tiga tingkaytan.
1.
Hati yng telah kokoh
dan mantap (fu’ad).
Sebagaimana diisyratkan dalam firman Allah Swt,
ما كذب
الفؤاد ما رأى
Hati itu (fu’ad) tidak pernah dusta terhadap apa saja yang telah ia
lihat(Q.S. an-Najm [53]: 11)
Hati yang mantap ini adalah hati yang telah dimiliki oleh mereka
yang telah mencapai derajad jiwa rabbani. Apa yang ditampakkan oleh hatinya,
atau dirasakan, dan diilhamkan dalam hatinya tidak ada kebohongan dan tipu
daya, sebab hati itu melihat dalam bimbingan cahaya ketuhanan (Nurullah)
yang masuk kedalam hati itu.
2.
Hati yang telah
sadar (shadr)
Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah Swt.,
فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن
يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ
يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ ۚ كَذَٰلِكَ
يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
Barangsiapa
yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang
dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi
sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa
kepada orang-orang yang tidak beriman. (Q.S al-An’am [8]; 125)
Yang dimaksud dengan hati yang sadar adalah hati yang telah dapat
menerima kebenaran Allah Swt, sehingga hati itu terlepas dari himpitan,
kebingungan, was-was, dan ragu-ragu tentang kebenaran-kebenaran-Nya tersebut.
Hati ridha dan ikhlas untuk mencapai dan menyakini islam sebagai ajaran dan
agama yang diridhai-Nya. Ketulusan dan keridhaan terlahir dalam segala
perbuatan dan tindakan sehari-hari tanpa merasa terpaksa dan dipaksa.
3.
Hati yang labil
atau belum mantap (qalb)
Sebagai yang diisyaratkan dalamh firman Allah Swt.,
كَذَٰلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَىٰ
قُلُوبِ الْكَافِرِينَ
Demikianlah Allah mengunci mata hati orang-orang kafir. (Q,S
al-A’raf)
كَذَٰلِكَ
نَسْلُكُهُ فِي قُلُوبِ الْمُجْرِمِينَ
Demikianlah, Kami mamasukkan (rasa ingkar dan memperolok-olokkan
itu) kedalam hati orang-orang yang berdosa (orang-orang kafir),
ثُمَّ
قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ
قَسْوَةً ۚ
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan
lebih keras lagi.
Kondisi hati dalam tingkatan ini biasanya senantiasa dihiasi oleh
perasaan ragi-ragu, was-was, dan sering berburuk sangka. Hati seperti inilah
yang menjadi makanan empuk atau sasaran iblis untuk menggoda dan menghancurkan
manusia. Hati seperti ini dimiliki oleh seseorang yang berjiwa Lawwamah, tidak
memiliki pendirian dan prinsip hidup yang jelas. Seperti dapat kita rasakan,
bahwa di dalam hati selalu ada dua kata-kata, ajakan, seruan dan bisikan,
negative atau positif, baik atau buruk, dan haq atau bathil. Bagi hati yang
mantap (fu’ad), tanpa ragu ia memilih pasti memilih yang positif, baik, dan
benar, sejauh mana kebenarannya, Allah Swt. Menyingkapnya secara zauq (perasaan
yang kuat), kasyaf (ketersingkapan hati batin) dan musyabadah (penyaksian
langsung). Begitu pula dengan hati yang shadr (perasaan yang kuat),
sebagai anugerah yang besar dari Allah Swt.
2. METODE PENYUCIAN
DAN PENYEHATAN QALBU
Qalbu atau hati
adalah sesuatu yang lebut, halus, dan tidak tampak oleh penglihatan manusia,
tetapi keberadaannya dapat dirasakan dan diyakini. Oleh karena itu, ia harus
memperoleh perhatian yang sangat penting, karena ia merupakan pintu masuknya
cahaya ketuhanan dan kebenaran. Memelihara hati ini dapat diibaratkan dengan
merawat seorang bayi yang sangat sensitive terhadap hal-hal yang ada
disekitarnya. Ia sangat membutuhkan perlindungan, pengawasan, dan pengahasuhan
yang lebut, hati-hati, dan penuh kasih sayang.
Apabila kita
mengibaratkan dalam kehidupan ini, maka hidup itu adalah ruh, kehidupan ini
adalah jiwa, qalbu itu adalah raja, akal pikiran adalah perdana mentri, indrawi
adalah menteri-menteri, dan tubuh dengan segala unsur-unsur luar dan dalamnya
adalah rakyat. Hidup dan kehidupan akan menjadi besar, mulia, dan agung atau
tidak tergantung kepada sang raja itu. Jika ia memiliki power, kekuatan, daya
pengaruh, dan charisma yang besar, maka orang-orang yang ada di bawah
kekuasaan-Nya secaran kehidu ara otomatis mereka mengakui keberadaan rajanya
itu dan segera mengikutinya dengan tulus, hormat, dan tawadhu’. Itulah
sebenarnya eksistensi diri ini oleh karena itu Rasulullah Saw. Mengajarkan
kepada kita, agar dapat membangun hidup dan kehidupan ini dengan penuh
kerahmatan dan keseimbangan yang penuh.
Metode yang paling
utama untuk menyucikan dan menyehatkan qalbu adalah zikrullah (menyebut
dan mengingat Allah Swt). Sebagaimana diisyratkan oleh Allah Swt. Dalam
firmannya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (Q.S. al-Ahzab [33];41)
Yang dimaksud
dengan zikrullah dalam masalah ini adalah zikir qalbu atau zikrullah di
dalam hati, bukan lisan. Namun untuk mencapai zikir hati dimulai dengan zikir
lisan. Tetapi zikir hatilah yang membuahkan pengaruh secara hakiki.
1 comments:
Write commentsSubhanallah
ReplyEmoticonEmoticon